Sabtu, 02 September 2023

Wanita dan Kusta

 

Assalamu alaikum wr.wb


Paradigma tentang penyakit kusta ternyata sering menjadikan stigma buruk yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita saat ini. Ditambah ketidaknyamanan dan rasa kurang percaya diri para penderitanya bahkan orang yang pernah mengalami kusta pun merasa demikian. Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang orang yang pernah mengalami kusta (oypmk) kita kenali dulu yuk Apa itu kusta


Kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium leprae yang menyebabkan Lesi kulit dan kerusakan saraf. Kondisi ini terutama mempengaruhi kulit, mata, hidung dan saraf perifer. Namun penyakit ini dapat disembuhkan dengan pengobatan rutin dan teratur. Penyakit ini sangat langka kurang dari 15000 kasus per tahun di Indonesia


Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan penderitanya adalah :

1.      Kulit menjadi mati rasa, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau nyeri.

2.      Kulit tidak berkeringat (anhidrosis).

3.      Kulit terasa kaku dan kering.

4.      Luka yang tidak terasa nyeri di telapak kaki.

5.      Bengkak atau benjolan di wajah dan telinga.

6.      Bercak yang tampak pucat dan berwarna lebih terang daripada kulit di sekitarnya.

7.      Saraf membesar, biasanya di siku dan lutut.

8.      Otot melemah, terutama pada otot kaki dan tangan.

9.      Alis dan bulu mata hilang permanen.

10.   Mata menjadi kering dan jarang mengedip.

11.   Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung.


Penyakit kusta ini pada umumnya dapat ditangani dengan obat-obatan dan jarang menyebabkan kematian akan tetapi Penyakit ini beresiko menyebabkan cacat


Cara penyebaran Penyakit ini adalah melalui uap air udara pernapasan atau batuk dan bersin dan perlu kita ketahui dengan berjabat tangan atau bersentuhan tidak akan menularkan Penyakit ini, perlu dilakukan diagnosis medis lebih lanjut


Melalui ruang publik KBR, yang merupakan rangkaian Suara Bebas kusta (SUKA) dan Rizal Wijaya sebagai hostnya mengulik Talkshow tentang "Wanita dan Kusta" Acara ini dipersembahkan oleh NLR Indonesia melalui live streaming, dapat juga didengarkan di 105 radio jaringan KBR sedangkan untuk di Jakarta di 104,2 FM Ms tri.




Seperti kita ketahui penyakit kusta yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala merupakan penyakit yang sangat ditakuti terlebih oleh wanita, karena Penyakit ini dianggap dapat merusak fisik dan mahkota kecantikannya




Menurut penelitian WHO di Brazil, yang menyelidiki dampak kusta pada pria dan wanita menemukan bahwa kusta ini memperburuk ketidaksetaraan gender yang ada, dan didiagnosis kusta menyebabkan stigmatisasi diri lebih besar di kalangan wanita sehingga berdampak besar terhadap kegiatan mereka. Apalagi wanita cenderung merahasiakan ini dari anggota keluarga, Sehingga terkadang sulit keluar dari masalah yang mereka hadapi. Misalnya bagaimana untuk tetap berkarya, Mandiri dan hidup bermasyarakat.


Pada Talk Show kali ini hadir seorang wanita bernama Yuliati selaku ketua PerMata Sulawesi Selatan sekaligus sebagai orang yang pernah mengalami kusta atau OYPMK perempuan. Beliau tinggal di Sulawesi Selatan tepatnya di daerah Kabupaten Takalar.




Ibu Yuliati pertama kali mengetahui kalau beliau mengidap kusta sekitar tahun 2011. Selama kurang lebih 1 tahun Ia mencari-cari informasi tentang penyakit tersebut sambil meyakinkan dirinya kalau Ia memang mengidap penyakit kusta.



Di tengah keputusasaannya Ibu Yuliati menyembunyikan hal tersebut dari keluarga dan sempat putus kuliah. Kemudian dengan kedatangan kakak ipar beliau, akhirnya Ibu Yuliati pun mau untuk melakukan pengobatan dan pemeriksaan di Puskesmas


Ibu Yuliati pertama kali tertular kusta dari sepupunya yang saat itu pulang Merantau dan memiliki ciri-ciri dan gejala kusta. Karena kedekatannya dan kurangnya informasi tentang kusta, dan imun ibu Yuliati pun sedang tidak baik akhirnya ia pun tertular.



Pada pemeriksaan awal, di diagnosa Type Pausi basiler karena cuma terdapat satu bercak mati rasa di bagian ibu jari kaki, dan ukurannya pun kecil, tapi setelah RFT ( Release From Treatment), dua minggu ia mengalami reaksi, lalu melakukan pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam) atau Skin Smear dan ternyata masih positif 10 dan pindah tipe menjadi Multi Basiler dan ia harus menjalani pengobatan selama 1 tahun, setelah sebelumnya menjalani pengobatan selama 6 bulan.


Banyak kekhawatiran Ibu Yuliati saat mengidap kusta terutama dengan stigma buruk yang berkembang di masyarakat seperti; bila terkena penyakit kusta akan disabilitas dan diisolasi, mukanya akan menakutkan tidak ada lagi keluarga yang mendekat, tidak bisa menikah, tidak bisa bekerja, sehingga saat itu ia Sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tidak bisa menerima semua kenyataan ini.



Dari Kejadian ini Ibu Yuliati mulai bangkit dan masuk dalam organisasi PerMata. Organisasi ini adalah organisasi dari dan untuk orang yang pernah mengalami kusta, di sini mereka saling menguatkan satu sama lain, sharing pengalaman dan mengikuti pelatihan-pelatihan Bagaimana membangun karakter dan bagaimana bisa menghargai dan menerima diri



Ibu Yuliati Menjelaskan pula bahwa PerMata itu merupakan singkatan dari Perhimpunan Mandiri Kusta. PerMata Indonesia ini bukan hanya berada di Sulawesi Selatan saja, akan tetapi ada di Jawa Timur, NTT, Sumatera, dan Ambon


Di organisasi PerMata ini banyak melakukan sosialisasi dan berbagi informasi tentang kusta seperti di masyarakat, sekolah, maupun di media sosial.


Untuk jumlah peserta PerMata, Ibu Yuliati tidak mengeketahui pasti jumlah pesertanya karena Permata itu sendiri terdapat tiga tingkatan yang terdiri dari tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten.


PerMata di Sulawesi Selatan sendiri kini sudah ada peningkatan tentang kepedulian kusta apalagi sekarang mereka sudah bisa mengakses internet untuk mencari informasi tentang kusta serta cara pencegahan dan pengobatannya itu semua merupakan tantangan tersendiri bagi permata


Untuk waktu mendatang, sekitar tanggal 5 September 2023 PerMata akan mengadakan kerjasama dengan salah satu Rumah Sakit di Makassar dengan agenda kegiatan operasi rekonstruksi tulang dan sebagainya yang berkaitan dengan penyakit kusta.


Untuk menghapus stigma dan meminimalisir kusta, pemerintah tidak bisa sendirian, diperlukan pihak-pihak lain, entah dari swasta atau seperti PerMata ini untuk mengkampanyekan Indonesia bebas kusta.


Perlu diingat kita bisa meminimalisasi penyebaran penyakit kusta karena ada tiga faktor yang menyebabkan penyebaran penyakit kusta antara lain;

1. Ada sumber penularan 

2. kurang daya tahan tubuh 

3. Kontak lama dan erat dengan penderita


Di akhir talk show Ini Ibu Yuliati berpesan untuk yang sedang mengalami kusta tetap lanjutkan pengobatan, jangan sampai putus sehingga teman-teman bisa sembuh.



Dan untuk orang yang sedang sakit maupun pernah mengalami kusta Harus berpikir bahwa kita bisa lebih baik dari orang lain dan kita pasti bisa!!


Terima kasih

Wassalam